SENSITIVE PERIODS PADA ANAK


Sesuai janji saya pada artikel Review Buku Montessori, maka disini saya akan bahas secara umum tentang sensitive periods pada anak. Sharing kali ini juga berawal dari pertanyaan salah satu sahabat saya di instgaram.

Pusing gak qi liat Aqila?

(Aqila lagi suka mencoret  semua benda, mulai tembok, badannya, baju, pokoknya semua yg ada di hadapannya).

Fyi Aqila beberapa hari lagi usianya 2 tahun. Ibuk-ibuk  pasti tidak asing lagi dengan istilah terrible two? Yap, tapi saya pribadi selalu berusaha tidak menggunakan istilah ini. Karena meyakini terrible two hanya akan membuat kita fokus ke kelakukan anak yang kita "anggab" negatif dan salah.  Bulan lalu saya selesai membaca bukunya Simone Davies. Disana dia menjelaskan dengan sangat rinci tentang sensitive periods pada anak yang sering kali diabaikan oleh orang tua (karena ketidak tauan akan hal ini) untuk bahan bacaan lain tentang ini bisa juga baca bukunya Dr.Maria Montessori yang berjudul The Secret of Chilhood.

Dan usia 2 tahun adalah puncak segala sensitive periods pada anak. Masa dimana seluruh cabang otak anak sedang berkembang pesat. Yang kita sering tidak tau adalah bahwa pada usia ini anak sedang bekerja keras untuk mengambangkan dirinya. Baik itu physical, language, intellectual, emotional ataupun social. Jadi, singkatnya sensitive periods itu waktu dimana anak sangat butuh untuk mengembangkan skill tertentu.

Kata kuncinya disini adalah "SANGAT BUTUH".

Jadi, jika anak merasa terhambat dan terhalangi untuk memenuhi kebutuhan itu (karena kita larang atau kita alihkan dengan kegiatan lain karena kita anggab yang dia lakukan itu tidak benar) maka anak akan frustasi dan berujung tantrum (dan sedihnya lagi orang tua bukannya minta maaf malah melabeli anak sedang terrible two).


Kenapa anak SANGAT BUTUH melakukan kegiatan itu dan harus saat itu juga? Karena sensitive periods hanya terjadi pada waktu/masa tertntu saja di usia anak. Jika anak kehilangan kesempatan untuk memenuhi kebutuhannya itu. Dia tidak akan bisa mengejarnya lagi next time. Karena fungsi otak yang spesifik untuk merekam hal itu akan tertutup setelah masa sensitive periods lewat (Ibu E pernah bahas ini juga tahun lalu).

Kapan saja sensitive periods itu terjadi pada anak?
Masih bersumber dalam buku yang sama disebutkan bahwa setidaknya ada 6 periode sensitive pada balita di antaranya sensivitas bahasa, keteraturan, detail kecil, kemahiran bergerak, eksplorasi indrawi dan sopan santun.

Dsini saya  tidak akan sharing ke 6 sensitive periodsnya. Karena akan bnayak sekali yang  bisa ditulis. Bahkan hal kecil seperti rutinitas anak yang mungkin sering kita abaikan karena

ah masih kecil ini, gk usah di fikirin banget aktifitasnya, biarkan saja rutinitasnya tergantung bagaimana keadaan saat itu saja..

Faktanya berpengaruh pada sensitivitas keteraturan yang ternyata sejak umur 3 bulanpun bayi sudah punya jam biologis sendiri.

Oke yuk bahas beberapa sensitive periodsnya :

BAHASA


Ini terjadi pada puncak usia 7 hingga 3 tahun. Pada masa ini anak sangat butuh kosa kata baru setiap harinya. Dan kosa kata itu bukan dari youtube atau tv, tapi dari interaksi langsung dengan manusia. Seperti ibu atau ayah. Jika anak kehilangan masa sensitive periods ini, maka kemungkinan anak akan tidak mudah mengungkapkan perasaan dan keinginannya.

Apa yg bisa menyebabkan masa sensitive ini hilang?

Contoh sederhana, anak sedang banyak mengoceh kepada kita (walau kosa katanya tidak jelas dan hampir tidak bisa dipahami) karena mungkin kita lagi riweh dan "sibuk", maka kita langsung memberikan anak tontonan youtube atau menghidupan video  agar ia bisa anteng duduk diam. Pada saat itu anak mungkin memang jadi lebih anteng dan diam tidak "merecoki" kita, tapi yang kita tidak sadari adalah ia  berangsur-angsur mulai kehilangan sensitive periods nya dalam berbahasa. Kebayang gak kalau ini terjadi bertahun2 selama ia balita?. Sama halnya saat ketika kita "memotong" gumamamnya agar "cepat" selesai karena ada aktifitas lain yang ingin kita selesaikan?

Lalu apa yg bisa kita lakukan agar sensitive periods anak dalam bahasa dapat terpenuhi?

Sesederhana sering menanyakan bagaimana perasaanya, sebelum tidur selalu deep talk tentang aktifitasnya pada hari itu, menghargai setiap kata yang ia keluarkan dengan fokus dari mata ke mata, sejajarkan posisi dan respon setelah ia benar-benar  sudah mengeluarkan semua kata yang ingin ia ucapkan.

KEMAHIRAN BERGERAK


Disini anak sangat butuh untuk mengembangkan motorik halus dan kasarnya. Penting bagi kita untuk "less no more yes", di usia ini anak memang butuh untuk mengambil semua barang yang ia lihat, memasukkan nya kedalam mulut, melempar atau memanjat semua yg bisa ia panjat, dan ia belum tau tentang mana yang bahaya mana yang tidak. Yang ia rasakan adalah ia sangat ingin menumpahkan air ke atas kasur, mencabut colokan listrik, memanjat kursi dan menjatuhkan diri ke lantai, mengeluarkan semua isi lemari.

Biasanya apa respon Ibu setelah melihat itu semua?

Melarang? Panik? Auto nada tinggi dengan dalih "demi keselamatannya"? Langsung ngomel dengan dalih "karena cinta"?

Jika iya, tenang, wajar, sebelum belajar ttg sensitive periods inipun saya juga bersikap sama. Ingin memberikan keamanan bagi anak tapi justru menghilangkan sensitive periods yang sangat ia butuhkan saat itu. Perlahan kita perbaiki mindset kita tentang ini.

Anak mencoret2 dinding, badannya, bahkan kadang mengulam spidol di mulutnya (its really very *&%$#&% time) bukan karena anak ingin menguji batas sabar kita atau karena anak bersifat liar sulit diatur. Akan tetapi karena anak memang sedang SANGAT BUTUH untuk mengembangkan motorik halusnya dalam mengontrol tangan. Mengembangkan indra matanya karena takjub dgn hasil "karya" dari coretannya. Ingin melihat apa yg terjadi jika ia melukis badannya dengan berbagai warna.

Ketika kita memandang dari perspektif ini, kita tidak akan lagi menjadi wasit bagi anak, akan tetapi justru kita akan membantunya agar ia bisa memenuhi masa sensitive periodsnya ini. Dengan apa? Contohnya dengan menyediakannya spidol yang khusus untuk face painting, memberinya krayon yang washable, memfasilitasi sebuang dinding untuk ia bisa coreti sesuka hati. Memuji hasil karyanya yang mungkin bagi kita tidak berbentuk.

Jadi tidak ada anak yang terlalu aktif, nakal, tak bisa diatur..

Yang ada hanyalah anak yang sedang dalam tahap usia eksplorasi tinggi yang sdg butuh bantuan kita, Terkadang kalimat "please help me" berubah menjadi tangisan dan segala cara yg mereka lakukan agar mendapatkan perhatian 100% dari kita.

Sebenarnya ada 4 sensitive periods lainnya. Seperti saat anak tidak mau digendong oleh orang lain, which is itu nenek atau kakeknya sendiri, saat anak menangis takut melihat orang lain. Saat anak marah dan cendrung tantrum saat di mall karena tidak dibolehkan memegang barang ini itu karena kita takut "ia merusak". Saat anak ingin keluar rumah menyentuh barang2 yg relatif kotor dan kita langsung refleks mencuci tangannya. Dan masih banyak lagi kejutan-kejutan lainnya dari sikap dan sifat pada anak.

Dan di balik semua aktifitas menguji sabar itu ternyata adalah masa emas anak untuk dapat bertumbuh secara sempurna. Saat anak justru sangat membutuhkan bantuan kita.

Kapan2 kita sharing lagi ya di artikel selanjutnya, karena disini sudah larut malam😅.


Penutup..
Saya pun masih belajar untuk selalu peka melihat kebutuhan sensitif apa yang sedang Aqila butuhkan. Merespon segala hal yang kita anggab sbg "ketidakaturannya" sebagai sebuah tanda bahwa ia sedang ingin menguasi sesuatu. Merespon segala tangis dan marahnya sebagai sebuah alarm bahwa ia menangis karena sedang membutuhkan bantuan untuk ditolong. Bukan merespon tangisannya dengan cepat-cepat menyuruhnya berhenti menangis dan mengabaikan apa sesungguhnya yg ingin ia sampaikan ke kita.

Ternyata jadi Ibu memang never ending learning ya moms❤. Yuk sama2 belajar..
Mom supports moms..

0 Komentar