Bu ibu milenial pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah "menjaga kewarasan", yang sudah menjadi ibu pasti tau banget makna dari kalimat tersebut, itu bukan kalimat lebay atau kalimat keluhan ala perempuan lho y, karena memang itulah yang sebenarnya terjadi pada ibu setiap hari. Tapi sebenarnya memang lebih enak pake istilah nya mba dewi n aisyah sih "bersabar dalam ketaatan" yang baca jadi lebih adem, tenang, dan akan selalu menjadi pengingat kita sabagai ibu bahwa yang kita lakukan ini adalah bagian dari ketaatan kita, .bagian dari bentuk penghambaan dan kepatuhan kita.
Sebenarnya memang wajar jika keluar istilah "sabar dalam ketaatan" karena memang yang kita lakukan sehari2 itu menguras habis seluruh kesabaran kita. Jadi wajar kalau ada seorang ibu yang nanya atau cerita "ki, gimana ya caranya supaya gw lebih enjoy di rumah? gw padahal ada yang bantu2 tapi kok ya rasanya gw makhluk paling lelah ya, lu kok happy-happy aja sih ki di rumah? perasaan dulu kuliah lu paling gak bisa diem, kayaknya hidup lho enteng banget sih ki setelah jadi ibu"
Sudah beberapa yang bertanya hal serupa, saya tahu banget kok gimana rasanya "sabar dalam ketaatan" karena saya dulu jg sempat mengutarakan pertanyaan yg sama ke suami dan kediri sendiri.
Sebenarnya Bukan kita tidak ada masalah.
Masalah mah ada aja, namanya juga dunia, tempat nya ujian. Ntar wisuda nya di syurga baru gk ada beban.
Yang namanya jadi ibu, baik ada atau tidak nya ART sebagian besar pasti merasakan lelah, karena terkadang lelah itu bukan hanya karena fisik, tapi kadang juga karena hati yang jarang disiram ayat-ayat Allah, atau karena fikiran yang auto julid liat kehidupan tetangga sebelah, atau telinga yang jarang dengerin tausiah, atau mulut yang sering bandingin perkembangan anak kita dgn anak yang lain, atau mata yang seneng bangett liat keluarga lain di bawah meluarga kita,dan masih banyak lagi kelelahan-kelelahan yang disebabkan oleh sumber tak kasat mata lainnya.
Yang akhirnya apa?
beban-beban fisik dan fikiran itu yang membuat seorang Ibu lelahnya bisa double. Belum lagi kalau dibumbuhi dengan keluhan-keluhan yang auto mengalir ketika suami pulang kerja. Percayalah ,yang tadinya lelah nya hanya 60% dibumbuhi keluhan jadi 90%,,
Bersabar dalam ketaatan tentu harus di usahakan, perlu ada ikhtiyar di dalamnya, supaya sabar yang kita jalani bisa diisi dengan rasa bahagia, bukan lagi dengan rasa lelah dan setumpuk keluhan. Ini tentu berproses, tidak instan.
Ada Beberapa tips yang sudah saya coba sendiri :
1. Buat planning harian, mingguan, bulanan, tahunan, dan ingat buatnya jangan sendiri, ajak suami, minta masukannya, sarannya, kritiknya, karena sekarang kita hidup sudah bukan sendiri lagi. Saya sudah coba bikin planning dengan bawa suami itu bisa membuat suami lebih merasa perannya sangat dibutuhkan, walau banyak perubahan di dalam prosesnya, tapi jika kita bawa suami di dalam membuat planningnya maka yang berat akan jadi ringan, jika istri masak maka suami yang nyaring makanannya, jika istri yang ngerapihin bekas makan maka suami yang beresin alat makannya, dan pembagian tugas itu sama sekali TIDAK TERTULIS lho ya, itu reflek saja terjadi karena dari awal semua target dan planning itupun kita susun bersama, jadi eksekusinya juga auto bersama. Tannpa diminta, tanpa dikode, tanpa dibebani.
Kuncinya ada di komunikasi, saya jadi ingat dulu ketika kuliah saya masuk ke banyak organisasi internal eksternal dengan ritme yang pasti sama, yaitu banyak rapat. Ada rapat wajib perdivisi, rapat dengan semua pengurus, bahkan jika sedang ada event bisa rapat setiap hari. Sekarang saya jadi merenung padahal itu hanya sebuah organisasi lho ya. Apalagi rumah tangga. Dalam rumah tangga tak ada tahun kepengurusan, kerjanya setiap hari non stop, tanpa SK, tanpa gaji, dengan masa lebih panjnag yaitu seumur hidup, bahkan hingga mencapai misi ke syurga bersama. Untuk misi yang panjang ini bukankah seharusnya lebih banyak diskusi bersama antar anggota keluaraga? Terutama suami dan istri. Karena memang tak ada yang bos dan babu. Yang ada hanya saling mengisi dan membantu.
Yuk perbaiki komunikasi kita dengan pasangan, supaya perjalanan rumah tangga ini lebih enteng dan enjoy dijalani. Ingin ke syurga bersama bukan? Maka meniti jalannya juga harus bersama.
2. Kerjakan sekarang! Jangan tunda. Sedikit demi sedikit kalau to do list hanya di print dan tempel di dinding doang gk akan ngefect, akhirnya hanya bakal ngotorin dinding saja, gunakan skill multitasking seorang ibu, yang kalau mau kekamar mandi aja bisa sambil pegang sapu, mungutin sampah, rapiin rak piring, bahkan nyusunin telur di kulkas. Pernah baca meme tentang tumpukan pakaian yang bisa beranak pinak?, Ini lucu tapi fakta sih. Semakin ditumpuk, akan semakin banyak, semakin banyak, akan semakin butuh waktu lama untuk mengerjakannya. Sedangkan yang sudah punya anak seperti kita tau betul susahnya meninggalkan anak untuk bisa selonjoroan menyetrika pakaian. Jangankan menyetrika/melipat pakaian, ibu ke kamar mandi aja berasa mau ke medan perang karen ditnagisi anak di depan pintu kamar mandi.
3. Kalau mulut rasanya ingin mengeluh/marah, maka sebisa mungkin TUNDA dulu, tarik nafas, buka kulkas, minum air, wudhu, lalu kembali ke posisi semula. Memang susah. Susah sekali, apalagi kaum wanita memang dicipta dengan harus mengeluarkan banyak kata perhari. Tapi ketahanan lidah kita untuk bertahan supaya tidak mengeluh berpengaruh sangat besar terhadap mood kita sepanjang hari. Apalagi kalau pagi-pagi anggota keluarga sudah disajikan deretan keluhan yang berkedok curhat, aduh itu anggota keluarga yang mendengar pasti ikut merasakan energi negatif nya. Susah memang untuk tidak mengeluh, tapi kita coba berlahan hingga mengjadi kebiasaan untuk tidak membebani lidah dengan sederet keluhan.
4. temukan cara bahagiamu.
Cara bahagia setiap orang beda-beda, ada yang bahagia dengn makan coklat, ada yang bahagia dengn melihat matahari, ada yang bahagia dengan gangguin suami kerja, dengan main sosmed, dengan nycroll instagram nyari info menu makan, nyari ilmu parenting, nyari peluang bisnis, buanyak cara bahagia.
Kalau saya bahagianya dengan jalan-jalan, hunting foto, menulis, makanya feed instagram isinya penuh dari gallery traveling dan tuslisan sharing saya. .Padahal mungkin fotonya hanya di kompleks sebelah, di depan rumah, di samping warung, karena bagi say jalan-jalan tidak melulu soal terbang kemana, saya di ajak keliling komplek kampus saja senengnya bukan main.
5. Temukan komunitas yang searah dengan kehidupan kita sekarang, grup parenting, grup mama milenial, grup parentalk id, grup kmhm, dsb, bagi saya ini membantu banget membuat kita merasa tidak sendiri, membuat kita lebih banyak bersyukur, intropeksi diri bahwa ternyata ibu-ibu lain lebih banyak ujiannya dibanding kita, plus bisa jadi jalan pintas kalau lagi bingung/galau ketika dihadapi dengan situasi-situasi mendadak selama kita mengasuk anak. Sebenarnya seberapa besar sih support online ini bagi ibu? Next saya bahas di artikel selanjutnya.
6 Bersyukur. Yang satu ini memang harus di perbaharui selalu. Sekarang bersyukur, ntar siang buka fb, ig, youtube sudah gak bersyukur lagi. Bersyukur ini seperti niat yang memang harus selalu di perbaharui.
Kalau kata saya mah "sebenarnya hidup mereka yg kita iri-kan juga sama seperti kiia, hanya saja mereka bisa mengemasnya dengan sangat cantik ,yaitu dengan tidak mengeluh, dengan tidak kufur nikmat, dengan terus menikmati hidup dan tidak membanding-bandingkaan dengan yang lain, dengan terus update info serta upgrade diri.
----------------------------------------
Sampai disini jangan lupa temukan cara bahagiamu wahai ibu....
Karena susana hatimu penyejuk bagi seisi rumah..
❤
0 Komentar