WAHANA DIVING PRA BUNDA SAYANG


SAYA YANG DAHULU


Masih teringat dengan jelas saya 2 tahun yang lalu. Saat baru menikah pada tahun 2017, adaptasi kehidupan yang luar biasa. Terlebih dengan tidak mulusnya planning yang sudah saya susun setelah wisuda sarjana. Masih terngiang komentar beberapa teman yang berkunjung ke rumah

Lu yakin mau di rumah aja qi?
Percuma lu summa cum laude kalau di rumah doang qi!
Yakin lu mau nyimpan ijazah qi?
Gw gk yakin lu bisa betah jdi istri d rumah qi, mending lu ngantor sama gw gih

Dan beberapa komentar lainnya yang senada. Qadarullah memang beberapa bulan setelah menikah Allah langsung amanahi bibit janin itu pada saya. Bahagia? Tentu saja. Tapi komentar kiri kanan yang membuat di rumah saja terasa lebih berat dan justru beban. Setelah positif hamil saya memang ngereset kembali semua planning yang sudah ditulis sebelumnya. Seperti lanjut S2 dan kerja.

Setahun kemudian saya masih belum terlalu bisa memaknai peran istri dan ibu dengan maksimal. Bahkan tak jarang perasaan iri ingin memggunakan blazer ke kantor itu sering muncul. Walau saya termasuk yang totalitas dalam segala hal, walau saya sudah memaksimalkan usaha saya dalam menjadi Ibu. Tapi saya merasa tidak adil kepada diri sendiri, hei kemana aku yang dahulu?. Yang superaktif bahkan sampai pernah diusir dari kelas, yang selalu ingin berkontribusi hingga masuk ke semua organisasi hingga tingkat nasional?.

Disisi lain, tahun pertama menjadi orang tua, saya juga merasa tidak adil dengan suami. Saya merasa sudah totalitas menjadi Ibu, tapi saya masih tidak bisa memposisikan secara adil sebagai seorang istri. 

Wajarkah?..

Sejauh yang saya baca, katanya wajar 5 tahun awal nikah masih mencari ritme aktiftas. Saya kaget. 5 tahun? Allahu saya tidak mungkin bisa menunggu 5 tahun untuk baru berubah. Saya tidak bisa menunggu, tapi sayalah yang harus berusaha agar benar-benar bisa berubah menjadi Ibu, Istri dan diri saya yang sebenarnya dalam versi terbaik.

SAYA DAN IBU PROFESIONAL


Qadarullah, Allah sangat tau apa yang saya butuhkan. Allah yang menuntun saya masuk ke Institut Ibu Profesional (IP) di batch 7 Matrikulasi tahun lalu. Akhirnya saya mulai belajar lagi, mulai ng-brain wash mindset saya lagi tentang Ibu Rumah Tangga yang saya pilih.

Masyaallah setelah menjadi bagian dari IP apa yang terjadi?

Saya jadi tahu apa saja peran yang sesungguhnya saya pilih. Saya jadi tau apa itu time manajemen, menata lagi visi misi hidup yang sebenarnya sudah saya rumuskan sejak masa SMA dulu. Akhirnya saya bisa mulai adil menjadi Ibu, istri dan Individu.

Tak terbayangkan bisa menulis 11 buku selama setahun terakhir. Akhirnya bisa mengasah passion dan hobbi lagi karena menerapkan kandang waktu sejak tau ilmunya dari IP. Tak terbayangkan juga bisa menjadi tempat curhatan ibu-ibu milenial tentang parenting padahal hei lihatlah betapa masih newbienya saya dalam ranah rumah tangga ini. Tak manyangka juga akhirnya saya dan suami bisa sangat menikmati peran kami sebagai orang tua tanpa melupakan peran kami sebagai seorang pasangan.Tak sampai disana, bahkan dari dorongan banyak orang, akhirnya 3 peran saya itu saya bukukan menjadi buku solo pertama saya.

Dari Ibu Profesional saya juga bisa lebih bertumbuh dengan positif dan berkenalan dengan banyak orang. Karena saya menyadari, salah satu alasan kenapa peran Ibu ini terlihat sepi, karena mayoritas mulai membangun temboknya sendiri dengan dunia luar. Mulai menjadikan anak, suami, waktu, rumah, domestikan sebagai alasan untuk tidak "sempat berbuat apapun lagi selain pekerjaan rumah".

Setidaknya ada beberapa point yang saya rasakan ketika sudah menjadi bagian dari  IP :

- Lebih adil dalam bersikap dalam rumah tangga
- Mematenkan visi misi diri dan keluarga kembali
- Lebih percaya diri walau masih bnayak trial error
- Manajemen waktu yang sudah terplanning dengan baik.
- Terus bertumbuh dan berkembang dengan proses yang real
- Siap menjadi Ibu peradaban walau masih harus banyak belajar dari segala sisi.
- Berkomunikasi dengan produktif secara real
-dsb

Guna memaksimalkan hasil dalam piramida atas pada IP, saat matrikulasi batch 7 dulu saya ikut menjadi bagian dalam Student Sharing di IP Bogor, lalu juga menjadi salah satu CSME (Class Meeting Student Exchange) di IP Pekan Baru, menjadi narasumber master mind dan juga melanjutkan kelas ke Bunda Sayang, selalu berusaha on time dalam semua tugas dan kegiatannya  saat ini adalah bagian saya dalam memaksimal piramida bawah bersama IP. Karena saya yakin, semua ilmu itu tidak akan ada pengaruh apapun dalam kehidupan kita kecuali "ditulis dan dipraktekkan"

FUTURE PLAN


Kedepannya, saya bertekad ingin selalu mengikuti jenjang perkuliahan dalam IP. Terlebih suami yang sangat mendukung saya untuk selalu aktif di IP, mungkin karena beliau merasa saya sudah banyak berubah semenjak belajar disini. Dalam berprosesnya nanti saya tidak akan menjadikan Ibu lain sebagai tolak ukur kesuksesan saya dalam belajar. Karena saya memang tidak ingin menjadi lebih baik dari Ibu lain. Tapi saya hanya ingin menjadi lebih baik dari diri saya sebelumnya.

Bismillah bersama IP?

Jom be better than yesterday. Karena kita adalah Ibu peradaban, karena dari rahim kitalah akan lahir orang-orang hebat, maka kita tidak bisa membiarkan ritme hidup ini hanya mengikuti arus dibawa air.

Salam sesama Ibu Profesional!
Salam Ibu Peradaban!

1 Komentar