PASANGAN ITU CERMINAN DIRI


Tulisan ini bermula dari perkataan beberapa orang yang cerita kalau pasangannya tidak sehebat pasangan lain. Sedih memang mendengarnya. Tapi memang itulah yang terjadi apalagi bagi yang baru-baru menikah.

Pernah tidak terlontar dari mulut kita bahwa kita ingin pasangan kita bisa seperti pasangan orang lain?

Seperti "lihat deh itu suami si A rajin lho pa, suaminya mau bantuin nyapu rumah padahal dia baru pulang dari kantor, mama pingin deh papa bisa seperti dia..."

Mungkin terdengar sepele tapi perkataan-perkataan bernada serupa sebebarnya harus diluruskan. Jadi begini, suami istri itu adalah pasangan. Satu sama lain saling mengisi saling menerima. Karena dalam rumah tangga itu adalah "saling", itu otomatis "bisanya" istri karena suami. Bisanya suami? Ya karena istri.

Jadi ketika kita melihat pasangan orang lain kok bisa ini itu dan kenapa pasangan kita tidak bisa. Coba tanyakan dulu ke diri sendiri, kita sudah bersikap SEPERTI sikapnya pasangan yang bisa itu gak?. Alih-alih langsung menyuruh pasangan berubah, coba rubah dulu diri sendiri.

"Lihat deh pa, suaminya si A di rumah masih mau bantu jagain anak, papa kayak dia dong..."
Hei mama, suaminya orang lain mau bantu jagain anaknya karena istrinya tidak banyak melarang ketika suami bermain bersama anak. Walau permainannya terlihat ekstrem, tetapi istrinya percaya penuh ke suaminya dalam menjaga. Lah mama?, pada baru main lempar-lemparan anak ke langit rumah, mama langsung ngomel, nanti jatuhlah, bahayalah. Ya papa jadi malas bantuin jaga anak kalau ujung-ujungnya dimarahin mama mulu.

"Lihat deh ma, istrinya si B pinter banget ya ngolah masakan. Sering update gitu masakannya enak-enak. Papa mau deh mama bisa pinter masak kayak dia..."
Hei papa, istrinya orang lain semangat masak beraneka rupa, mencoba segala jenis masakan yang menggiurkan itu karena suaminya sangat menghargai masakan istrinya sejak pertama masakan istrinya masih tidak enak. Ia tahan lidahnya untuk mengatakan jujur bahwa masakan istrinya keasinan, atau hambar atau tidak sesuai selera. Walhasil apa? Semakin hari percaya diri istrinya meningkat untuk memasak. Kalau kata orang bisa karena biasa, ia bisa karena percaya diri selalu dihargai. Lah papa?, masakan mama gak enak dikit papa langsung pesen go food, papa langsung bilang gak enaklah, mama gak telaten masaklah. Ya mama jadi malas mengexplore dapur, karena percaya diri mama sebagai ahli dapur sudah papa rusak sejak awal.

"Lihat deh pa, suaminya si C suka banget ngasih istrinya hadiah. Mama mau dong papa juga sering ngasih mama hadiah..."
Hei mama, suaminya si C suka membelikan sesuatu karena istrinya tidak banyak menuntut. Istrinya lebih memilih menahan keinginnya berbelanja dibandingkan harus membebani suaminya dengan segala keingginannya. Lah mama? Tiap minggu minta ganti tas, minta ganti sepatu. Bukan papa gak mau ngasih, tapi sikap mama yang selalu menuntut membuat papa jadi malas berinisiatif.

"Lihat deh ma, itu istrinya si D masih sempat dandan di rumah. Tadi papa lewat depan rumahnya dia masih bisa make up-an padahal cuma kedepan rumah. Papa mau deh mama bisa dandan gitu d rumah.."
Hei papa, istrinya si D sempet dandan dirumah itu karena suami selalu ringan tangan untuk bantu pekerjaan rumah ketika ia pulang kantor. Jadi istrinya diberi kesempatan me time di depan kaca, merawat wajah. Lah papa?, pulang kantor boro-boro bantuin pekerjaan rumah, yang ada langsung nyudut buka hp main game sampai azanpun papa tidak dengar.

Dan masih banyak lagi lontaran senada antara pasangan suami istri yang sebenarnya tidak ahsan untuk diucapkan. Saya sendiri sedih dan serem lho kalau ada yg komen "kok suami gw gak kayak suami lu sih qi.."

Sebelum kita menuntut pasangan kita berubah, kitalah yang harusnya terlebih dahulu berkaca. Jikalau ingin pasangan kita hebat, kita sudah bersikap layaknya ke orang hebat belum?, atau jangan-jangan justru komen receh kita di setiap hari malah menjatuhkan mental pasangan kita?. Cara tercepat untuk merubah keadaan adalah dengan merubah diri kita terlebih dahulu. Ingin pasangan shalatnya tepat waktu?, ya kita sebagai pasangan ketika dengar azan langsung hentikan semua aktifitas, wudhu dan shalat. Ingin pasangan hafal AlQuran?, ya kita sebagai pasangannya terlebih dahulu yang mulai mencoba untuk menghafal. Ingin pasangan yang lembut?, ya kitalah yang terlebih dahulu mempraktekan sikap lembut setiap harinya. Ingin pasangan yang peka?, ya kitalah yang terlebih dahulu harus berhenti bersikap kanak-kanak dengan suka memberikan kode-kode ke pasangan.

Kita akan mendapatkan seperti apa yang kita lakukan. Pasangan itu bagai cermin bagi kita. Tak kan kau temui dia dalan keadaan penuh sabar jika kau sendiri masih suka meledak-ledak dalam menghadapi sesuatu. Tak kan kau temui ia suka masak jika kau sendiri selalu mengumpat hasil masakannya. Tak kan kau temui ia dalam keadaan produktif percaya diri jika kau sendiri selalu membandingkannya dengan sederet pasangan orang lain.

Jika ingin pasangan berubah, maka rubahlah diri kita terlebih dahulu. Terdengar klise memang, tapi seperti itulah kenyataannya. Kau ingin pasanganmu sesempurna nabi Muhammad, sudahkah kau posisikan dirimu sehebat aisyah atau khadijah?. Ah seandainya setiap pasangan menghebatkan satu sama lain, maka takkan ada lagi komentar-komentar senada dalam rumah tangga.

Ini bukan tentang kita yang harus selalu belajar menerima atau mengalah. Tapi belajarlah memulai segalanya dari sendiri terlebih dahulu, berkacalah dulu, mulailah bersikap layaknya pasangan bagi seseorang yang luar biasa. Maka pasanganmu akan mengikuti hal yang sama. Karena suami istri itu memang akan saling mempengaruhi satu sama lain. Tinggal kita yang memilih ingin mempengaruhi pada hal negatif atau malau sebaliknya.

Karena sejatinya pasangan itu saling menghebatkan. Saling membisakan. Dan saling-saling yang lainnya.
Yuk lebih banyak instropeksi diri..
Berkacalah terlebih dahulu sebelum meminta lebih..

Have a great partner!!!!

0 Komentar