HAPPY WIFE, HAPPY LIFE, KOK BISA?


Sering dengar kalau bahagianya istri itu bahagianya seisi rumah?
Kalau marahnya istri itu bisa membuat seisi rumah jadi mencekam?

Ini sebenarnya tak lepas dari krusialnya peran istri dalam sebuah rumah. Tak perlu ditulis satu persatu cukup dengan aktifitasnya sejak tidur hingga tidur lagi sudah cukup membuat kita paham bahwa jadi istri itu tidak mudah. Apalagi jika sudah punya anak, bahkan sedang tidur pun tetap menjalankan amanah sebgai seorang ibu, yaitu menyusui. Dengan banyaknya kiprah ibu di setiap sudut rumah, tentu kondisi emosionalnya sangat menentukan.

Tak bisa dipungkiri, dengan banyaknya amanah rumah terkadang bisa membuat ibu mudah sekali marah. Mudah sekali stres dan berujung ke keseharian yang tidak sehat. Tidak hanya untuk ibu yang bisa emosi sepanjang hari, tapi juga tidak sehat untuk seisi rumah karena akan menjadi pelampiasan untuk ibu melepas segala beban yang ada di dirinya. Apalagi fakta bahwa fitrah kebutuhan bicara seorang wanita itu memang lebih banyak dari pada lelaki, bayangkan 20.000kata/hari yang harus dikeluarkan seorang wanita. Wajar jika ibu terkesan lebih cerewet dibanding ayah. Dengan kebutuhan bicaranya yang banyak, jika tidak diarahkan dengan baik, tentu akan tersalurkan ke hal-hal negatif. Seperti marah-marah, menasehati panjang lebar dengan cara yang tidak sehat, atau justru kebutuhan bicara yang tidak tersalurkan dengan baik ini bisa tersalurkan ke media yang salah, seperti berujung ibu curhat di media sosial, dsb.

Sampai disini sudah tau kenapa bahagianya ibu penting bagi seisi rumah?

Pernah dengar istilah WORDS CREATE WORLD?
Istilah ini sangat cocok untuk ibu yang menjadi salah satu elemen inti di dalam rumah. Kenapa peran ibu termasuk krusial dalam keluarga?. Jadi, dalam sistem thinking theory dikatakan bahwa suatu sistem (dalam hal ini keluarga) urutan fakfor yg penting itu adalah :

1. Tujuan. Itulah mengapa penting adanya visi misi di dalam sebuah keluarga. Jika organisasi atau lembaga saja ada visi misi dalam pergerakannya. Apalah lagi sebuah keluarga. Ini sangat penting agar seluruh anggota keluarga tau mau bermuara kemana keluarga kecil kita ini. Visi misi dalam kluarga bukan hanya untuk hiasan tertulis. Akan tetapi sebagai landasan setiap kali keluarga ini membuat keputusan, memetakan rencana masa depan, mengambil metode pola asuh, menerapkan kebiasaan yang sejalan dengan visi misi keluarga itu sendiri.

2. Kualitas hubungan antar elemen (ayah, ibu, anak). Rumah akan nyaman jika orang-orang di dalamnya memberikan kenyamanan dan cinta. "Ya pasti cintalah qi, kan keluarga". Eh jangan salah lho, banyak dari anak zaman sekarang yang justru tidak nyaman berada di rumah. Bukan karena rumahnya jelek, tapi karena hubungannya dengan orang tua kurang sehat. Efek pola asuh yang tidak sesuai dengan usia dan tipe anak. Karena setiap anak memiliki pola dan sifat yang berbeda. Ini juga berlaku untuk hubungan kedua oranh tua. Harmonisnya hubungan orang tua dan menyebar kehangatan cinta di setiap sudut rumah sangat penting. Karena orang tua yang menjaga hubungan untuk  saling mencintai dan menyanyai akan membut anak merasa nyaman dan aman berada di rumah. Itulah mengapa jika ada kesalah pahaman langsung selesaikan di dalam kamar. Jangan dibawa kedepan anak lalu mulai refleks beradu mulut tanpa mengindahkan alam bawah sadar anak yang merekam sempurna bagaimana rusaknya hubungan kedua orang tuanya.

3. Elemen itu sendiri. Disinilah pentingnya untuk mengetahui setiap fitrah anggota keluarga. Fitrah suami itu apa, hak kewajibannya apa, sifat wataknya apa. Begitu pula dengan anak dan istri. Ketika kita melihat kembali bahwa fitrah seorang wanita yang memang lebih cerewet. Karena wanita memang kebutuhan bicaranya lebih banyak dari pria (20.000kata/hari)itulah mengapa ibu punya andil besar dalam menjaga tujuan Dan kualitas hubungan antar keluarga. Karena kata-katanya lah mengisi setiap harinya kehidupan di dalam rumah. Kata-katanya lah yang menentukan apakah rumah semakin tenang atau mencekam.

Karena "Words create Worlds".

Itulah mengapa menjaga ibu agar tetap bahagia adalah penting. Karena jika kata-kata yang ia keluarkan setiap hatinya hanyalah marah-marah dan umpatan kekesalan, maka tak dapat dipungkiri rumah akan dipenuhi oleh aura negatif. Jangankan untuk saling mengajak dalam kebaikan, menjaga agar diri tetap positif saja susah jika ibu sudah tidak senang hatinya.

Banyak cara agar ibu bisa mengontrol segala amanahnya agar tetap adil antara waktu untuk dirinya, waktu untuk ia sebagai istri dan juga sebagai ibu. Bisa dibaca pada artikel saya sebelumnya yang berjudul "TIME MANAGEMENT". Juga ibu bisa ikhtiyar untuk tetap sabar dalam ketaatan menjalani amanah di rumah, untuk menambah referensi tentang ini bisa dibaca artikel saya sebelumnya yang berjudul "SABAR DALAM KETAATAN aka MENJAGA KEWARASAN".

Jadi, tagline Happy Wife Happy Life memang benar adanya. Bahagianya istrilah yang membuat bahagia kehidupan di dalam sebuah keluarga. Menjadi istri/ibu itu memang tidak mudah, tapi bukan tidak mungkin dijalani dengan penuh kesabaran dan aura kebaikan. Jika sekarang sudah tau bahagianya kitalah yang menentukan bahagia seisi rumah, apa masih mau marah-marah tanpa sebab?. Apa masih mau melampiaskan kekesalan pada suami ke buah hati?. Apa masih mau mengeluarkan seluruh kata-kata tak pantas yang bisa jadi berubah menjadi doa buruk hanya karena kita belum selesai dengan pengelolaan emosioanl sama diri sendiri.

Itulah mengapa menyelesaikan diri sendiri sebelum mengambil langkah menikah itu penting. Tuntaskan dulu semua pengelolaan emosional, innerchild, time management, supaya kita tidak membawa banyak PR setelah rumah tangga. Apalagi kalau langsung dikarunia buah hati, jika belum bisa mengontrol diri, maka buah hatilah yang akan mendapatkan efek negatif dari ketidaksiapan kita menjadi seorang ibu. Memang tidak semua orang dengan kesiapan sempurna bisa menjalani peran dengan sempurna setelah menjadi istri/ibu. Akan tetapi, setidaknya kita sudah tau cara sederhana membahagiakan diri sendiri.

Bahagia secara elegan itu penting. Apalagi setelah menikah. Bagaimana cara bahagia secara elegan? Yaitu bahagia tanpa harus disematkan pada diri orang lain. Karena apa yang biasanya membuat ibu tidak bahagia? Karena ia sering kali menempatkan sumber  kebahagiaannya pada eksptasinya terhadapat orang lain.

Berharap suami akan menolongnya sepulang dari kerja, realitanya suami langsung sandaran depan tv sambil main game. Lalu apa yang terjadi? Ibu akan kesal dan marah-marah tanpa henti. Ya masih mending kalau memang ibu langsung jujur directly bilang ke ayah kalau ibu mau ayah bantu setelah pulang kerja. Tapi justru kebanyakan ibu marah-marah tanpa menjelaskan ke ayah kenapa ibu marah dan kesal. Akhirnya apa? Ayah akan tetap melakukan hal yang sama setiap harinya dan ibu juga akan kesel dan jengkel di setiap harinya.

Itulah mengapa penting untuk tidak menjadikan ekspektasi sebagai sumber kebahagiaan. Itu juga berlaku pada anak. Ekepektasi ibu bahwa anak akan makan lahap, tidur teratur dan bisa diajak kerjasama sepanjang hari. Realitanya tentu takkan selamanya seperti apa yang ibu mau. Lalu apa? Ibu akan kesal setiap kali anak di luar harapannya. Akan marah jika anak tidak selesai makan, ngomel anak tidak tidur siang. Yang pada hakikatnya semua kegiatan itu adalah sebuah pembelajaran bagi anak akhirnya tidak mencapai tujuan awal untuk mengenalkan apa itu lapar apa itu mengantuk. Justru anak bukannya merasa terbantu dengan mengenal rasa lapar untuk makan dan mengantuk untuk tidur, malah anak akan merasa semua aktifitas itu adalah sebuah hukuman.

Setelah menguraikan semua fakta di atas, kita semua akan sepakat bahwa istri/ibu HARUS bahagia. Ibu sendiri harus tau bagaimana cara elegan untuk bahagia, dan anggota keluargapun akan ikut bahagia.

Karena Happy Wife Happy Life...
Semoga bermanfaat..
Have a happpy day!!

0 Komentar