Galau yang Berkelas

Aku pernah membaca sebuah buku yang berjudul "Anda Harus Galau". Dari judulnya saja kita langsung befikir, bukannya galau itu salah satu perbuatan sia-sia zaman sekarang. Itu menang benar. Jika galau kita identikkan dengan galau kepada sesama makhluk, galau dengan materi, galau dengan urusan duniawi, maka itu dapat dikatakan galau yang sia-sia.

Tapi galau yang dimaksud disini sungguh berbeda. Dari buku inilah Allah membukakan pintu hatiku agar lebih berkelas di hadapannya. Galau yang dimaksud adalah ketika kita tak juga meningkatkan kualitas kita dihadapan Allah. Galau ketika tilawah kita tidak konsisten. Jangankan untuk menghafal, untuk sekedar membacanya saja kadang kita masih banyak alasan. Katanya belum ada waktu, akan tetapi nyecroll feed instagram bisa berjam-jam. Katanya belum dapat hidayah. Sejak kapan hidayah itu datang? Justru hidayah itu dijemput, bukan ditunggu.

Galau yang dianjurkan lainnya adalah galau ketika tahajud dalam 1 tahun bisa dihitung jari. Katanya ngantuk setelah lelah seharian bekerja. Justru istirahatnya seorang mukmin adalah ketika bersimpuh mengadukan semua urusannya pada tuhannya. Tahajud jika ada masalah saja, tahajud jika sedang iktikaf jama'i saja supaya bisa dilihat orang lain. Lalu kita dengan sombongnya meminta Allah memudahkan semua urusan kita, sedangkan untuk sekedar beromantis ria dengan sang pencipta di seperempat malam saja kita masih ogah-ogahan.

Galau yang tepat adalah galau terhadap amal ibadah kita. Galau apakah semua amal ibadah kita diterima atau tidak. Pernah membaca hadist Shahih Muslim yang menceritakan tentang seorang hamba yang beribadah sekitar 500 tahun akan tetapi Allah hampir memasukannya kedalam neraka? Bayangkan saja bahkan orang yang menghabiskan hidupnya untuk beribadah saja belum tentu ibadahnya diterima. Apalagi kita yang ibadah khusyuk nya bisa dihitung jari, yang wudhunya masih asal-asalan. Yang shalatnya masih cepet-cepetan. Syukur alhamdulillah masih berzikir selepas shalat, bahkan ditengah shalatpun kadang kita masih memikirkan hal duniawi. Dengan kekurangan semua ibadah kita itu apa masih yakin ibadah-ibadah itu diterima? Nah itulah yang sebenarnya harus kita galaukan.

Belum lagi tentang dosa-dosa kita yang tidak sedikit. Karena tidak ada jaminan bahwa taubat kita selama ini diterima oleh Allah. Jika kita sadar akan ini semua, tentu kita tidak akan sempat lagi untuk sekedar galau urusan dunia, galau tentang jodoh, tentang rezeki, tentang urusan-urusan duniawi. Karena ternyata ada yang lebih pantas untuk kita galaukan, yaitu ibadah dan segudang dosa-dosa kita.

Galau yang kita harapkan dapat menyadarkan diri kita yang tidak akan sadar-sadar jika tidak diingatkan. Galau yang akan membuat kita menjadi lebih baik. Galau yang dapat membuat ruhiyah kita lebih berkualitas.

Yuk kita jadikan galau kita lebih berkelas.
Agar ibadah kita lebih berkualitas



#KURMA
#kurmamenulisramadan
#day9

0 Komentar