Antara Aku dan Institut Ibu Profesional

🌻
Aliran Rasa..
.
.
Tak pernah sebahagia ini bisa berselancar dimedan yang memang sangat saya butuhkan...
Rasa bahagia ini tak sama seperti yg saya rasakan saat masuk ke bangku perkuliahan S1 dulu,dulu saat diterima S1 di Tazkia,hmmm gk sebahagia ini ya karena saat itu pilihan pertama saya k mesir,tapi apa daya tahun 2013 pemerintah kita menstop sementara pengiriman mahasiswa ke mesir dikarenakan konflik dan lainnya,qadarullah sampai ke Tazkia..
Padahal udah lulus SBMPTN ilmu hukum ya apa daya belum diizinkan orang tua jg,walakhir berakhirlah di tazkia dengan ilmu ekonomi islamnya..
Karena memang bukan pilihan,ya saya kuliah nya sambil balas dendam pada kenyataan,ya saya balas dendam dengan IPK 4 di 4 semester awal berturut2😂lumayanlah awal yg tak terlalu buruk...
.
Sedangkan ini berbeda...
Kenapa berbeda?
Karena ini benar2 pilihan saya,ikhtiyar masuk ke institut ini tidak mudah,dimulai dgn ngDm admin ig yg gk dibales2,ikhtiyar dgn on notiv setiap postingan berharap tidak ketinggalan satu langkahpun..ikhtiyar mulai dari daftar foundation yang cepet2an dgn mahasiswi2 lain,grasak grusuk karena web nya loading banyak yg akses,sampe nunggu pengumuman masuk gak nya ke foundation,tak sampai disitu, ikhtiyar terus berlanjut dgn on notiv setiap jadwal absen dan diskusi agar bisa terus update info untuk kematrikulasi,qadarullah dengan grasak grusuk nya seorang ibu bahkan hari itu sampe nahan suami berangkat kerja dulu supaya ngebantuin daftar matrik yg jg cepet2an..alhamdulillah lolos lagi,
Apa ikhtiyar berhenti sampai disitu?
Tentu tidak..
Masih berlanjut dengan terus ngstarred setiap yang mba lelly katakan,perkataan mbalelly seakan2 udah di auto bold dan capital supaya semua info penting gk ada yg miss....
.
Benarlah..
Seseorang akan terus memperjuangkan pilihannya sampai ketahap akhir..
Dan ini pilihanku..
Karena ku tau, diriku tak cukup ilmu dalam mengemban amanah sebagai seorang ibu dan seorang istri,maka aku harus selalu mengupgrade diriku...
.
Rasa bahagia bisa sampai ke tahap matrikulasi ini tak hanya dirasakan oleh diriku..
Tapi juga sama yg dirasakan oleh suamiku..
Dia meyakini bahwa tugas mendidik istri itu sejatinya adalah kewajibannya,maka dia dgn seluruh kemampuannya selalu mensuport diri ini untuk selalu megupgrade ilmu...
.
Jadi...
Inilah caraku untuk meringankan kewajiban suamiku dalam mendidik istrinya agar menjadi lebih baik,dan menjadi ibu yg profesional dimasa milenial ini..
.
.
Antara Aku dan Institut Ibu Profesional

0 Komentar