Tentang Aku dan Aku

Aku berkaca pada aku yang dulu
Aku yang tidak kenal angka 2
Dan aku yang tidak kenal kata lelah
Tentang aku dan kekosongan hatiku yang bersembunyi di balik sederet maha karya

Lelah kakiku berlari pada sederet ambisi
Bukan tepuk tangan pujian yang kuinginkan
Bukan pula hadiah yang kutargetkan
Lalu apa sebenarnya yang kucari?

Aku seakan-akan berlomba pada diriku sendiri
Berlari dari makianku sendiri jika tak kucapai apa yang kuimpi
Tapi ketikaku berhasilpun enggan bibir ini sekedar mengapresiasi diri sendiri

Aku benci aku
Aku benci ketika aku tidak bisa mengerti aku
Aku benci ketika aku tidak bisa menghargai aku
Pertanyaan itu datang lagi
Lalu sebenarnya apa yang kucari?

Ketika kepalaku panas di penuhi ambisi angka-angka
Ketika hatiku kosong seperti shalat 5 waktu tak mampu menyirami
Saat itu
Detik itu
Engkau balut hatiku dengan sangat lembut

Sejak kapan Al Fatihah dapat membuatku tersadar?
Ah sejak kembali kubuka lembaran itu dengan sepenuh hati
Tanpa ambisi
Tanpa sederet keinginan
Ya rabb
Sejak kapan terakhir aku baca arti surat cinta darimu dengan hati yang bersih seperti ini

Tak kusangka tahun itu menjadi tahun terbaik dalam hidupku
Tahun dimana Engkau sempurna melantikku sebagai keluargamu
Ahlulllah AhlulQuran
Betapa 2 kata itu dapat menjadi powerbank unlimited untuk kembali mengisi hati dan hari yang kosong

Rasa malu dan tidak tahu diri itu beda tipis
Betapa tidak
Engkau abaikan dosaku yang menggunung
Tetap Engkau rangkul aku ditengah taubatku yang tidak sempurna
Betapa tidak tahu dirinya aku jika tetap tidak menjaga amanahmu

Maka semampuku
Sejak Engkau pilih aku
Tak ku alfakan tanganku tanpa membawa surat cintamu
Tak ku keringkan lidahku tanpa mengulang-ngulang isi surat cintamu
Ah
Aku baru tahu ternyata cinta bisa seindah ini

Lalu kemana angka-angka itu?
Kemana semua ambisi itu
Kemana aku yang dulu?
Terasadar
Ternyata aku masih disini
Masih dengan angka-angka dan sederet ambisi yang dulu

Hei
Tapi ada yang berbeda
Ternyata menjadi Ahlul Quran tidak menghapus aku yang dahulu
Hanya membuat aku yang dulu lebih bermakna dan hidup
Hatiku masih sama
Tapi kini hati itu tak lagi kosong
Hati itu selalu basah oleh cinta yang Engkau sematkan di setiap ayat dalam surat cintamu

Aku kembali berkaca pada aku yang sekarang
Aku yang tidak mencari angka 1, tapi angka 2 tetap setia tidak menghampiriku
Aku yang lebih memilih berlelah-lelah dalam mengeja surat cintamu dibanding berlelah-lelah mengejar duniaku..
Tentang aku dan hatiku yang tidak lagi kosong

Lihatlah aku yang sekarang
Tentu engkau masih temui aku disudut-sudut pencapaian duniawi
Tapi kuberharap engkaupun menemuiku di tengah indahnya syurgawi..

Baru kutersadar
Ternyata hatiku tak sekeras yang kukira
Sejak kau sapa aku dengan ungkapan "wahai hambaku"
seketika air mata ini tak terbendung
Ketika engkau jawab semua pertanyaanku dengan ayat indahmu berkali-kali mata ini basah
Bukan hanya mata
Ternyata ayat di surat cintamu mampu membasahi hatiku

Ya Rabb
Terima kasih telah memilihku
Terima kasih telah menjadikanku sebagai keluargamu
Terima kasih telah menghidupkanku dengan arti yang sesungguhnya

Setelah ini
Kufikir Engkau akan mengambil duniaku
Tapi ternyata justru engkau letakkan dunia itu persis dibelakangku
Mengikutiku dan menuruti semua inginku

PRku setelah ini berat
Jika dulu kuberfikir mendapatkannya adalah sesuatu yang sulit
Maka sekarang aku tersadar bahwa mempertahankannya justru jauh lebih sulit

Ah terlepas dari itu
Sekarang aku tahu
Ternyata ada yang lebih indah dari sekedar menjadi no.1
Yaitu menjadi keluargamu
Ahlullah
AhlulQuran

Terlepas dari banyaknya dosaku
Terlepas dari goyahnya taubatku
Tapi aku bahagia
Bahagia menjadi aku yang sekarang

Ini semua tentang aku
Dan pilihan jalan hidupku

#KURMA
#kurmamenulisramadan
#day8

1 Komentar